Jauhkan Mindset Negatif terhadap ODHA

Paradigma masyarakat yang masih menganggap bahwa bergaul dengan orang dengan HIV AIDS (ODHA) adalah hal yang sangat menakutkan dan menjijikan perlu dirubah, pola pikir yang cenderung mengucilkan ODHA selain melanggar hak asasi manusia (HAM) juga semakin memperparah keadaan penyakit ODHA itu sendiri. Hal tersebut sangatlah tidak benar, selama kita berinteraksi sosial dengan para ODHA dalam batasan yang wajar, maka penularan HIV/AIDS tidak akan pernah terjadi. Jutru ketika kita berteman dan berinteraksi dengan ODHA, maka kita bisa membuka ruang komunikasi yang baik dengan mereka.

“Ada beberapa cara penularan penyakit yang belum ditemukan obatnya diantaranya melalui kontak seksual, alat suntik yang terkontaminasi, dari ibu ke janin atau ke bayi melalui ASI, melalui tansfusi darah dan transplantasi organ.Diagnosis HIV/AIDS di negara berkembang atau daerah endemis sering terlambat karena diagnosis klinis dini sulit karena periode asimptomatik (tidak bergejala) yang lama, pasien enggan / takut periksa ke dokter, pasien berobat pada stadium AIDS dengan infeksi oportunistik (infeksi yang disebabkan oleh organisme) yang sulit didiagnosis karena kurang dikenal, manifestasi klinis atipikal,dan sarana diagnostik kurang/terbatas,” ujar Akhmad Wiryawan Ketua Klinik VCT Rumah Sakit Prof Dr Margono Sukarjo (RSMS) Banyumas saat memaparkan Peningkatan Penemuan Dini Penderita HIV/AIDS melalui Intesifikasi VCT dan Penatalaksanaan Penderita Melalui CST di Aula RSUD dr R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga pada Sabtu lalu (26/10).

Akhmad juga menuturkan untuk mengetahui secara klinis dapat dideteksi melalui, perilaku seksual, penggunaan narkoba, pekerjaan yang beresiko terhadap penularan HIV/AIDS seperti pelaut, sopir truk, dll. riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku risiko tinggi, transfusi, perrhatikan juga ciri khas / tanda kelompok risiko misalnya tato atau perilaku tertentu karena sekarang HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risti (resiko tinggi) misalnya ibu rumah tangga.

”Mendeteksi klinis untuk mengetahui penyakit ini antara lain melalui perilaku seksual, penggunaan narkoba, pekerjaan yang beresiko terhadap penularan HIV/AIDS seperti pelaut, sopir truk dll. Selain itu, riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku risiko tinggi, transfusi, perrhatikan juga ciri khas / tanda kelompok risiko misalnya tato atau perilaku tertentu karena sekarang HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risti misal ibu rumah tangga,”tuturnya.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan  (P2PL)- Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga Semedi juga menuturkan bahwa prevalansi atau penyebaran HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es atau yang nampak hanyalah permukaan belaka namun kasus yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada kasus yang nampak di permukaan. Kabupaten Purbalingga setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan, bukan hanya di perkotaan saja bahkan sudah merambah di hampir semua kecamatan, walaupun jumlahnya masih relative sedikit.

“Prevalansi atau penyebaran HIV/AIDS bagaikan fenomena gunung es atau yang nampak hanyalah permukaan belaka namun kasus yang sesungguhnya jauh lebih besar daripada kasus yang nampak di permukaan. Bahkan Kabupaten Purbalingga setiap tahunnya jumlah penderita HIV/AIDS trennya selalu mengalami kenaikan, bukan hanya di perkotaan saja bahkan sudah merambah di hampir semua kecamatan, walaupun jumlahnya masih relative sedikit,”tuturnya.

Distribusi kasus HIV di Kabupaten Purbalingga dari tahun 2010 hingga September 2013 berdasarkan jenis kelamin untuk perempuan sebesar 43% dan laki-laki 57%. Sedangkan distribusi kasus AIDS dari tahun 2010 hingga September 2013 perempuan 50% dan laki-laki 50%.

Sedangkan untuk distribusi kasus AIDS berdasarkan kelompok umur kelompok usia produktif menempati urutan pertama, dan untuk kelompok berdasarkan pekerjaan buruh menempati posisi pertama sebesar 37%,  ibu rumah tangga (IRT) 43%, sopir 7%, karyawan 4% dan lain-lain sebanyak 25%.

Kegiatan intesifikasi diikuti oleh Ketua Klinik VCT Rumah Sakit Prof Dr Margono Sukarjo (RSMS) Banyumas juga diikuti oleh Tim VCT dan Tim CST dari Provinsi, Kepala SKPD, TP PKK, Kabupaten  (Komisi Penanggulangan AIDS) KPA Kabupaten dan LSM Komunitas Purbalingga Peduli

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *