Bukan Karena Kemiskinan, Balita Penderita Flapfaring Meninggal Dunia

Bupati mengunjungi orang tua Nailis

Nailis Alfadila (9 bulan), penderita flapfaring (tanpa langit-langit mulut) meninggal dunia, Sabtu (27/4) pagi sekitar pukul 05.00 WIB. Anak  kedua pasangan Maskur – Mundiani, warga Desa Banjarsari RT 02/01, Kecamatan Bobotsari, itu sempat menjalani perawatan di RSUD Gutheng Tarunadibrata Purbalingga selama 10 hari. Berat badan Naila hanya 1,9 kilogram dan tidak mampu menyerap susu atau makanan yang diberikan.

 

            Kematian bayi itu mendapat perhatian dari Bupati Purbalingga Drs H Heru Sudjatmoko, M.Si.  Bupati Heru menyempatkan diri untuk mengunjungi keluargnya di Desa Banjarsari, Kecamatan Bobotsari. Di rumah duka itu Bupati Heru diterima oleh kedua orang tua bayi, dan kerabat lainnya.

 

            ”Kami ikut berbagi rasa duka atas kematian Nailis Alfadila. Semua orang tua tentu ingin anak-anaknya sehat jasmani dan tumbuh dengan sempurna. Namun, Yang Maha Kuasa berkehendak lain untuk Nailis. Saya meminta keluarga juga mengikhlaskannya,” tutur Heru.

 

            Usai menemui keluarga Maskur – Mundiani, Bupati Heru menyatakan, kondisi Nailis yang disebut mengalami gizi buruk disebabkan karena faktor kelainan tubuh. Berdasar penjelasan dokter, Nailis kesulitan makan dan menyerap sari makanan karena tidak memiliki langit-langit mulut. ”Jika dikabarkan mengalami gizi buruk, itu bukan karena faktor kemiskinan. Namun karena kelainan di tubuh bayi itu,” kata Bupati Heru.

 

            Dibagian lain Heru juga meminta aparat pemerintah desa dan instansi yang berwenang khususnya Dinas Kesehatan untuk melakukan pemantauan terhadap kemungkinan munculnya kasus seperti yang dialami Nailis. ”Jika ada warga masyarakat yang mengalami kelainan atau mengalami gizi buruk, segera dilaporkan untuk mendapat tindak lanjut perawatan medis. Tim medis tentu akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasinya,” katanya.

 

            Sementara itu, Mundiani mengungkapkan, anak keduanya Nailis dilahirkan dalam usia kandungan 8 bulan. Saat lahir beratnya 1,7 kilogram. Nailis mengalami kelainan sejak lahir di langit-langit atas mulutnya. ”Kata dokter, anak saya tidak memiliki langit-langit mulut. Untuk mengisap dan menelan susu mengalami kesulitan. Setelah usia sembilan bulan beratnya tidak kunjung naik, saya disarankan bidan desa agar membawa Nailis ke rumah sakit,” tutur Mundiani.

 

Saat dibawa ke RSUD, berat badan Nailis 1,8 kilogram. Beberapa hari menjalani perawatan di bangsal Cempaka RSUD, berat badannya naik menjadi 1,9 kilogram. Di rumah sakit, Nailis diberi susu formula. Saat pertama diberi susu itu, Nailis mengalami diare. ”Saya mengira perut anak saya masih beradaptasi karena setelah itu diarenya berhenti. Namun,  Tuhan rupanya berkehendak lain, Nailis akhirnya meninggal,” tutur Mundiani.

Direktur RSUD Gutheng Tarunadibrata, dr Nonot Mulyono, M.Kes sebelumnya mengungkapkan, ketika dirawat di rumah sakit, Nailis menjalani proses pemulihan kondisi. Pemulihan dilakukan dengan menyembuhkan penyakit yang diderita antara lain dengan pemberian nutrisi yang lebih intensif. ”Programnya pemberian nutrisi untuk bayi. Karena berat badannya sangat kurang, kemungkinan fungsi organ tubuh ada yang tidak normal,” kata Nonot.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *