Pasien TB Purbalingga Bertambah 400 – 800 Orang Per Tahun

Wabup Sukento saat memberikan sambutan dalam seminar

Setiap tahun, selalu ada tambahan sekitar 400-800 pasien tuberculosis (TB) baru di Purbalingga. Namun jumlah ini tak lantas meningkatkan jumlah total penderita secara signifikan, karena sebagian besar pasien taat mengikuti prosedur pengobatan rutin, sehingga banyak pula yang dinyatakan sembuh total.

 

            “Selama tiga tahun terakhir, Data Dinas Kesehatan menyebutkan jumlah total penderita TB relatif fluktuatif. Tahun 2010 jumlah total penderita TB tercatat sebanyak 775, lalu meningkat tajam di tahun 2011 menjadi 1.082 penderita dan kembali menurun di tahun 2012 dengan total 1.052 penderita,” ujar wakil Bupati Drs H Sukento Ridho Marhaendiranto MM saat membacakan Sambutan Bupati pada Pembukaan Seminar “Sehat Tanpa Sesak” di Pendopo Cahyana, Sabtu (22/6).

 

Untuk tahun 2012, dari penderita TB sebanyak 1.052 pasien, 526 orang diantaranya dinyatakan menderita tuberculosis paru dengan jenis bakteri yang tahan asam (TB BTA) positif. Sisanya termasuk tuberculosis rongent (RO) sebanyak 469 penderita, tuberculosis kambuh sebanyak 19 orang, tubercolosis yang menyerang bagian tubuh lain selain paru-paru atau extra pulmonar (EP) sebanyak 38 penderita.

 

“Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan dua tahun sebelumnya, yaitu tahun 2010 dengan total penderita sebanyak 775 dengan rincian TB BTA positif sebanyak 496 penderita, RO positif sebanyak 257 penderita, kambuh 3 orang dan EP 19 orang,” tambahnya.

 

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Wahyudi mengatakan faktor penyebab masih banyaknya jumlah pasien TB di Purbalingga dan sebagian daerah di seluruh Indonesia karena pasien kurang disiplin dalam mengkonsumsi obat. Padahal, jika mengkonsumsi obat dari Puskesmas seusai aturan, TB dapat sembuh total hanya dalam waktu 6-9 bulan.

 

“Tapi pasien TB itu rata-rata miskin. Rumahnya lembab dan tidak sehat, tempat yang paling disukai kuman. Penderita TB ini bekerja keras di sawah, atau sedang menderes nira kelapa, pas saatnya minum obat, mereka masih bekerja jadi lupa. Padahal, kalau minumnya tidak teratur seperti ini kuman justru resisten dan semakin sulit diobati,”
jelasnya.

 

Padahal, kata dia, pasien yang pengobatannya tidak tuntas sangat rentan menularkan penyakitnya pada orang lain. Penularan TB terjadi saat penderita batuk, bersin bahkan berbicara. Inilah sebabnya, selalu ada pasien baru meski pasien lainnya telah sembuh.

“Padahal obat TB itu ada di tiap Puskesmas dan gratis. Tapi, karena gratis, orang menganggap obat ini murahan dan tidak manjur. Padahal obat inilah yang menjadi standar WHO, dan kalau minum secara rutin sesuai anjuran pasti sembuh,” ungkapnya.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *