Pengidap Depresi Makin Mengkhawatirkan

DSC_0132

Wakil Bupati Purbalingga Drs H Sukento Ridho Marhaendrianto MM khawatir terhadap banyaknya jumlah pengidap depresi akhir-akhir ini. Sesuai survei yang dilakukan Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa (PDSKJ), sekitar 94 persen masyarakat indonesia mengidap depresi dari tingkat ringan hingga yang paling berat.

 

“Tarmini, Ibunda Indahsari, konon mengalami depresi berat. Tarmini hanyalah satu dari sekian banyak orang yang mengalami nasib serupa,” ungkap Wabup saat membuka Asistensi Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TP-KJM) Provinsi Jawa Tengah di Operation Room Graha Adiguna, Rabu (24/6).

 

Tarmini adalah ibunda Indahsari, gadis SMP dari Desa Panusupan Kecamatan Rembang yang harus menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya meninggal dunia dan ibundanya mengalami gangguan jiwa.

 

Di Purbalingga, lanjut Wabup, bukan hanya Tarmini yang mengalami gangguan kejiwaan. Meski belum ada rincian yang pasti, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) menyebutkan, jumlah individu yang mengalami gangguan jiwa sejak setahun terakhir mencapai 67 orang.

 

Jumlah itu didapat dari kuantitas pengajuan permohonan surat tanda keterangan miskin (SKTM) untuk pasien yang dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Profesor Dokter Suroyo Magelang.

 

“Data itu belum menggambarkan kondisi riil di masyarakat. Artinya ada sejumlah tugas berat yang menjadi tanggung jawab kita semua,” tandasnya.

 

Wabup mengisaratkan perlunya adanya pemutahiran data berkala tentang jumlah warga yang mengalami masalah kesehatan jiwa. Ini dimaksudkan agar validasi dan akurasi data dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Wabup, data yang akurat dapat membantu menentukan kebijakan dan program yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa di masyarakat.

 

“Saya minta TPKJM Purbalingga dapat lebih dimaksimalkan lagi. Utamanya fungsi koordinasi antar SKPD dan optimalisasi kinerja sesuai tupoksi masing-masing,” pinta Wabup.

 

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Purbalingga drg Hanung Wikantono MPPM mengaku, tahun ini hingga Mei 2013, sedikitnya ada 30 orang pengidap gangguan jiwa rawan dipasung. Mereka ini tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah terbanyak di Kecamatan Karangmoncol mencapai 13 pengidap.

 

Tahun lalu, lanjut Hanung, pihaknya sudah membebaskan sejumlah korban pemasungan oleh keluarga dan mengupayakan pengobatan ke RSJ. Hingga kini tinggal tersisa 16 orang yang masih dirawat. Sayangnya, penanganan paska perawatan minim dukungan dari keluarga dan masyarakat.

 

“Kondisi ini yang harus disikapi semua elemen agar penanganan bebas pasung dapat bisa berjalan optimal,” katanya.

 

Pendampingan penanganan kesehatan jiwa masyarakat diselenggarakan oleh TPKJM Provinsi Jateng, mengadirkan pembicara Kepala Unit Kesehatan Jiwa Masyarakat RSJ Profesor dr Suroyo Magelang, dr Jofita Panggelo.

 

“Banyak pasien yang sudah sembuh atau tenang jiwanya, saat kembali kepada keluarga kemudian kambuh lagi,” tutur Jofita sembari menambahkan kalau selama ini pihak keluarga cenderung tidak menginginkan pasien gangguan jiwa kembali ke rumah. Meski kembali, perlakuan keluarga dan lingkungan cenderung tidak mendukung.

 

“Di Magelang kami aktif memberikan pemahaman kepada keluarga agar penderita gangguan jiwa dapat diterima apa adanya. Bahkan harus dilibatkan dalam kegiatan lingkungan. Keluarga juga harus mengingatkan untuk minum obat,” katanya.

 

Jofita berkeyakinan, keiklasan menerima penderita gangguan jiwa yang sudah agak sembuh dapat menekan kemungkinan kambuh lagi. Selain itu harus ada komitmen dari masyarakat agar tidak ada lagi tindakan pasung memasung.

Jofita bahkan menyarankan agar dilakukan pelatihan penanganan kesehatan jiwa kepada kader PKK dan para ketua RT – RW. Harapanya akan semakin banyak komponen masyarakat yang mampu melakukan deteksi dini gangguan kesehatan jiwa.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *